FGD ke-3 tentang Kajian Hari Jadi Kebumen masih diwarnai pro dan kontra. (Foto: Dani Rizana) |
Kabag Tata Pemerintahan Setkab Kebumen, Asep Nurdiana MSi menjelaskan bahwa kajian ini penting mengingat banyak aspirasi masyarakat yang menolak ditetapkannya 1 Januari 1935 sebagai Hari Jadi Kebumen.
Focus Group Discussion (FGD) ke-3 tentang kajian Hari Jadi Kebumen dilaksanakan di ruang rapat Setkab Kebumen, Kamis (03/11/2016). DR Aprianus, Ketua Pusat Studi Kebudayaan UGM Yogyakarta tampil sebagai pembicara kunci bersama Cholidi Ibhar MA, Dosen Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama. (IAINU) Kebumen.
Menurut DR Aprinus, PSK UGM juga bekerjasama dengan peneliti di Belanda guna mendapatkan berbagai bukti tertulis tentang sejarah Kebumen berdasarkan catatan pemerintah kolonial Belanda.
"Berdasarkan teori I Gedhe Semadi Astra yang mensyaratkan bahwa sebuah pemerintahan daerah harus memiliki pemimpin, lokasi atau wilayah, rakyat dan sistem pemerintahan, maka pengangkatan Kyai Bodronolo pada 1642 sebagai Adipati Panjer oleh Sultan Agung bisa dijadikan alternatif kuat penentuan tanggal bagi hari jadi Kebumen," ujar Aprianus.
Usulan lain muncul dari salah satu peserta FGD yang mengusulkan 3 Juli 1848 sebagai hari jadi Kebumen berdasarkan bukti prasasti yang ditemukan di Mesjid Agung Kebumen. Pro dan kontra masih mewarnai jalannya FGD. Kesepakatan tentang tanggal definitif hari jadi Kebumen pun belum menemui kesepakatan hingga FGD ke-3 ini usai. (bk/mat)
KIRIMKAN INFORMASI / TULISAN / OPINI / UNEK-UNEK ANDA KE:
admin@beritakebumen.info
Post a Comment
Silahkan Berkomentar yang Baik dan Bermanfaat!