Terimpit Kebutuhan Ekonomi, Bunuh Diri Jadi Jalan Pintas

KEBUMEN (www.beritakebumen.info) - TINGGINYA kasus bunuh diri yang terjadi di Kabupaten Kebumen menjadi persoalan yang patut diperhatinkan secara serius. Apalagi jika dilihat dari motifnya, sebagian besar korbannya mengalami depresi lantaran persoalan ekonomi.

Ada korban yang tak bisa lepas dari terjerat utang, hingga memilih mengakhiri dengan jeratan tali tambang. Belum lagi persoalan kesehatan juga menjadi salah satu sebab. Seperti tak tahan menderita penyakit bertahuntahun, seorang warga memilih menyerah dengan cara gantung diri.

Merujuk data Polres Kebumen, tahun 2015 lalu, dalam setahun kasus bunuh diri dengan cara gantung diri di kabupaten berslogan ’’Beriman’’ itu mencapai 17 orang. Artinya, dalam sebulan rata-rata terjadi satu sampai dua kasus orang mati akibat gantung diri.

Selain itu, orang yang mati akibat minum racun sebanyak satu orang. Kasus ini menambah daftar orang yang bunuh diri di Kebumen. Belitan persoalan ekonomi dan penyakit yang tak kunjung sembuh menjadi salah satu faktor tingginya kasus bunuh diri Kebumen.

Sedangkan hingga Juni 2016, kasus bunuh diri di Kebumen sudah mencapai angka 10 kasus. Terbaru, tragedi tersebut menimpa warga Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan bernama Teguh Waluyo (34), Kamis (23/6).

Sebelum ditemukan meninggal, korban yang dikenal mengalami gangguan jiwa itu masih sempat telihat mencuci pakaian. ’’Sekitar tiga jam kemudian, korban meninggalkan rumah dan ditemukan sudah meninggal pada sore harinya,’’ ujar AKBP Alpen melalui Kapolsek Pejagoan AKPR Widiyanto.

Sebelumnya, himpitan ekonomi bisa membuat yang mengalaminya gelap mata. Seorang ibu muda asal Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, bernama Siti Muemunah (32) nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri, medio Juni lalu.

Tubuh korban ditemukan tergantung di ruko yang sekaligus menjadi tempat tinggalnya di pinggir Jalan Raya Kebumen- Buluspesantren. Ya, tingkat kemiskinan, rendahnya derajat kesehatan fisik maupun mental menjadi lingkaran setan yang perlu diputus.

Fakta bahwa Kabupaten Kebumen menduduki rangking dua termiskin di Jawa Tengah tidak terbantah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kebumen mencatat, lebih dari 1.000 warga Kebumen teridentifikasi mengidap gangguan kejiwaan.

Jumlah itu sangat mungkin bisa bertambah mengingat kasus gangguan kejiwaan masih menjadi fenomena gunung es. Artinya, jumlah riil di lapangan jauh lebih besar dari jumlah kasus yang ditemukan. Faktor sosial ekonomi menjadi pemicu utama timbulnya gangguan jiwa.

Penyebab lain seperti keturunan, lingkungan dan spiritual. Menurut pengamat sosial, Nuryadi Wulantoro, tingginya kasus gantung diri di Kebumen menjadi pekerjaan rumah bagi kepemimpinan Bupati Mohammad Yahya Fuad.

Harus ada revolusi mental untuk memperbaikinya. Pembangunan fisik semestinya selaras dengan pembangunan mental dan spiritual.

Tentu saja dimulai dengan anggaran pembangunan yang lebih pro rakyat. ’’Pemerintah harus bisa ngrumangsani kondisi sosial ekonomi masyarakat Kebumen. Salah satunya dengan mengedepankan kepedulian sosial dan etika sosial,’’ katanya. (Supriyanto-36/SuaraMerdeka)



KIRIMKAN INFORMASI / TULISAN / OPINI / UNEK-UNEK ANDA KE:
admin@beritakebumen.info

Post a Comment

Silahkan Berkomentar yang Baik dan Bermanfaat!

أحدث أقدم