KLIRONG (www.beritakebumen.info) - Kebutuhan Virgin Coconut Oil (VCO) terus meningkat. Namun produsen VCO mengeluhkan kekurangan bahan baku kelapa.
“Kalau musim hujan kayak gini, selain kesulitan mencari buah kepala, harganya juga mahal,” tutur Kaidah (56) salah satu produsen VCO warga RT 1 RW 2 Desa Pandanlor Kecamatan Klirong, Kebumen, kemarin. Ia mengaku sudah 1,5 tahun memproduksi VCO dan tidak pernah mengalami kesulitan dalam pemasaran.
Selain sudah ada pihak yang selalu siap menerima produknya, Kaidah sendiri juga menjual secara eceran di rumahnya. “Kalau setor satu kilogram Rp 30 ribu, namun jika dijual eceran satu kilogramnya Rp 40 ribu,’’ katanya.
Butuh Ketekunan
Dijelaskannya, bisnis mengolah buah kepala memang sangat menguntungkan. Pasalnya, semua bagian buah kelapa dapat dimanfaatkan dan mempunyi nilai ekonomi. Maka tak heran jika buah kepala ini disebut dengan buah serbaguna.
Dari seratus butir buah kelapa yang diolah menjadi VCO, produsen akan mendapatkan, 5-7 kilogram VCO, 0,5-1 kilogram minyak goreng klentik, dan 2.5-4 kilogram blendo (kethek-Red). Selain itu produsen masih mendapatkan ampas, batok kelapa, sabut kepala dan air kepala. “Semua itu mempunyai nilai ekonomi dan pangsa pasarnya sudah jelas,” terangnya.
Meski sederhana, proses pembuatan VCO membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Awalnya buah kelapa yang sudah dipisah dari batoknya diparut. Setelah itu parutan kelapa diambil santannya dan didiamkan selama satu jam. Dengan demikian maka akan terjadi pemisahan antara air dan santan murni.
Air yang berada di bawah santan selanjutnya diambil mengunakan selang. Kemudian santan dikocok dengan dengan cara memindah dari satu wadah ke wadah yang lain. Hal ini dilakukan minimal sebanyak 50 kali. Setelah itu santan yang sudah dikocok didiamkan selama 10 jam.
Dengan demikian akan terbentuk empat lapisan pada santan itu, di antaranya blendo, VCO, serta blendo dan air. Lapisan blendo paling atas kemudian diambil mengunakan sendok, untuk memisahkan cairan dari VCO.
“Setelah itu cairan VCO akan disaring menggunakan saringan yang terdiri atas kertas saringan, batu ziolit, kertas saringan dan kain,” paparnya. Kaidah menambahkan, blendo inilah yang menjadi bahan pembuatan minyak goreng klentik. Caranya blendo dipanaskan hingga terpisah antara ampas dan minyak gorengnya.
Setelah itu Blendo dipres menggunakan alat agar minyak goreng dapat keluar dengan tuntas. “Ampas minyak goreng ini yang disebut kethek. Harganya mencapai Rp 20 ribu perkilogramnya,” ucap Kaidah. (K5- 32/suaramerdeka.com)
_________________________________________________________________________________________
DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN KERJA YANG BAIK DAN SIMPEL SERTA TEMPLATE DAFTAR RIWAYAT HIDUP(CURICULUM VITAE)
_________________________________________________________________________________________
=============================================================
Untuk mendapatkan informasi terbaru, dan yang tidak terposting silahkan ikuti di:
| FACEBOOK GRUP | FACEBOOK PROFIL | FACEBOOK FAN PAGE | TWITTER |
=============================================================
“Kalau musim hujan kayak gini, selain kesulitan mencari buah kepala, harganya juga mahal,” tutur Kaidah (56) salah satu produsen VCO warga RT 1 RW 2 Desa Pandanlor Kecamatan Klirong, Kebumen, kemarin. Ia mengaku sudah 1,5 tahun memproduksi VCO dan tidak pernah mengalami kesulitan dalam pemasaran.
Selain sudah ada pihak yang selalu siap menerima produknya, Kaidah sendiri juga menjual secara eceran di rumahnya. “Kalau setor satu kilogram Rp 30 ribu, namun jika dijual eceran satu kilogramnya Rp 40 ribu,’’ katanya.
Butuh Ketekunan
Dijelaskannya, bisnis mengolah buah kepala memang sangat menguntungkan. Pasalnya, semua bagian buah kelapa dapat dimanfaatkan dan mempunyi nilai ekonomi. Maka tak heran jika buah kepala ini disebut dengan buah serbaguna.
Dari seratus butir buah kelapa yang diolah menjadi VCO, produsen akan mendapatkan, 5-7 kilogram VCO, 0,5-1 kilogram minyak goreng klentik, dan 2.5-4 kilogram blendo (kethek-Red). Selain itu produsen masih mendapatkan ampas, batok kelapa, sabut kepala dan air kepala. “Semua itu mempunyai nilai ekonomi dan pangsa pasarnya sudah jelas,” terangnya.
Meski sederhana, proses pembuatan VCO membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Awalnya buah kelapa yang sudah dipisah dari batoknya diparut. Setelah itu parutan kelapa diambil santannya dan didiamkan selama satu jam. Dengan demikian maka akan terjadi pemisahan antara air dan santan murni.
Air yang berada di bawah santan selanjutnya diambil mengunakan selang. Kemudian santan dikocok dengan dengan cara memindah dari satu wadah ke wadah yang lain. Hal ini dilakukan minimal sebanyak 50 kali. Setelah itu santan yang sudah dikocok didiamkan selama 10 jam.
Dengan demikian akan terbentuk empat lapisan pada santan itu, di antaranya blendo, VCO, serta blendo dan air. Lapisan blendo paling atas kemudian diambil mengunakan sendok, untuk memisahkan cairan dari VCO.
“Setelah itu cairan VCO akan disaring menggunakan saringan yang terdiri atas kertas saringan, batu ziolit, kertas saringan dan kain,” paparnya. Kaidah menambahkan, blendo inilah yang menjadi bahan pembuatan minyak goreng klentik. Caranya blendo dipanaskan hingga terpisah antara ampas dan minyak gorengnya.
Setelah itu Blendo dipres menggunakan alat agar minyak goreng dapat keluar dengan tuntas. “Ampas minyak goreng ini yang disebut kethek. Harganya mencapai Rp 20 ribu perkilogramnya,” ucap Kaidah. (K5- 32/suaramerdeka.com)
DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN KERJA YANG BAIK DAN SIMPEL SERTA TEMPLATE DAFTAR RIWAYAT HIDUP(CURICULUM VITAE)
_________________________________________________________________________________________
KIRIMKAN INFORMASI / TULISAN / OPINI / UNEK-UNEK ANDA KE:
beritakebumen@gmail.com
=============================================================
Untuk mendapatkan informasi terbaru, dan yang tidak terposting silahkan ikuti di:
| FACEBOOK GRUP | FACEBOOK PROFIL | FACEBOOK FAN PAGE | TWITTER |
=============================================================
Post a Comment
Silahkan Berkomentar yang Baik dan Bermanfaat!