KEBUMEN (The Independent News) - Akibat kurang air serta adanya serangan hama dan penyakit membuat hasil panen padi gaga di lahan tadah hujan di Kabupaten Kebumen merosot hingga 50 persen. Hama dan penyakit juga menyerang padi sawah, khususnya jenis Ciherang.
Parjono (50) petani lahan tadah hujan di Desa Ayamputih, Kecamatan Buluspesantren, mengatakan padi gaganya tidak tumbuh maksimal karena terserang hama putih. Upaya pemberantas sudah dilakukan namun hasilnya tidak maksimal.
Akibatnya, ketika panen hanya bisa membawa pulang gabah sebanyak 4 kandi dari lahan sekitar 50 ubin. "Padahal panen tahun lalu bisa sampai 7 hingga 8 kandi," keluh Parja.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Kebumen, Ir Moch Machasin, mengakui panen padi gaga tahun ini merosot. Penyebab utamanya menurut Machasin yang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (2/3), karena kurang air sehingga memicu munculnya serangan hama dan penyakit. "Salah satunya, jamur putih," jelasnya.
Luas lahan padi gaga di Kabupaten Kebumen, lanjut Machasin, sekitar 5 ribu hektare. Tersebar di sejumlah kecamatan, terutama di wilayah selatan. Merosotnya hasil panen padi gaga dikatakan merata di semua wilayah. "Merosotnya mencapai 50 persen lebih. Dari semula bisa mencapai 7 hingga 8 ton per haktere, kini petani hanya memperoleh sekitar 3,2 ton per hektare," ujarnya.
Machasin juga tidak menampik adanya serangan hama dan penyakit pada padi sawah. Namun keluhan itu hanya datang dari petani yang menanam padi jenis Ciherang. "Serangan hama dan penyakit pada padi jenis Ciherang sudah diprediksi sebelumnya. Bahkan Distanhut sudah tidak merekomendasikan untuk ditanam sejak 1 tahun yang lalu. Pasalnya di Kebumen, Ciherang sangat rawan terserang hama dan penyakit," ungkap Machasin. (Suk|krjogja)
=============================================================
Untuk mendapatkan informasi terbaru, dan yang tidak terposting silahkan bergabung di FACEBOOK GRUP dan like FAN PAGE
Parjono (50) petani lahan tadah hujan di Desa Ayamputih, Kecamatan Buluspesantren, mengatakan padi gaganya tidak tumbuh maksimal karena terserang hama putih. Upaya pemberantas sudah dilakukan namun hasilnya tidak maksimal.
Akibatnya, ketika panen hanya bisa membawa pulang gabah sebanyak 4 kandi dari lahan sekitar 50 ubin. "Padahal panen tahun lalu bisa sampai 7 hingga 8 kandi," keluh Parja.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Kebumen, Ir Moch Machasin, mengakui panen padi gaga tahun ini merosot. Penyebab utamanya menurut Machasin yang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (2/3), karena kurang air sehingga memicu munculnya serangan hama dan penyakit. "Salah satunya, jamur putih," jelasnya.
Luas lahan padi gaga di Kabupaten Kebumen, lanjut Machasin, sekitar 5 ribu hektare. Tersebar di sejumlah kecamatan, terutama di wilayah selatan. Merosotnya hasil panen padi gaga dikatakan merata di semua wilayah. "Merosotnya mencapai 50 persen lebih. Dari semula bisa mencapai 7 hingga 8 ton per haktere, kini petani hanya memperoleh sekitar 3,2 ton per hektare," ujarnya.
Machasin juga tidak menampik adanya serangan hama dan penyakit pada padi sawah. Namun keluhan itu hanya datang dari petani yang menanam padi jenis Ciherang. "Serangan hama dan penyakit pada padi jenis Ciherang sudah diprediksi sebelumnya. Bahkan Distanhut sudah tidak merekomendasikan untuk ditanam sejak 1 tahun yang lalu. Pasalnya di Kebumen, Ciherang sangat rawan terserang hama dan penyakit," ungkap Machasin. (Suk|krjogja)
=============================================================
Untuk mendapatkan informasi terbaru, dan yang tidak terposting silahkan bergabung di FACEBOOK GRUP dan like FAN PAGE
Post a Comment
Silahkan Berkomentar yang Baik dan Bermanfaat!